Catatan Mata Kuliah Semantik Bahasa Indonesia pada tanggal 27 Januari 2012:
Semantik berasa dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani,dalam bahasa Inggris berarti "Semantik"
dalam bahasa Yunani berarti "Sema".
Contoh tanda adalah meja,kursi disingkat menjadi mesi(meja kursi) sedangkan contoh penanda adalah bahasa isyarat seseorang yang mempunyai kekurangan.
Menurut istilah semantik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna kata sedangkan pengertian semantik secara umum adalah ilmu yang mempelajari tetang tanda dan penanda.
Sejak tahun 1984 ilmu semantik telah muncul,dengan adanya mata kuliah atau pembelajaran semantik ini kita dapat mengetahui tentang makna kata,
Tugas-tugas Mata Kuliah Semantik adalah:
1. Membuat blogger/blogspot
2. Mencari mantra bahasa daerah minimal 5 di kumpul setelah mid di blog
3. Membaca tentang leksikal meaninglish di majalah Sagang Februari 2012
Minggu, 29 Januari 2012
Pengertian dan Sejarah Semantik Bahasa Indonesia
Sejarah
Semantik
Semantik di
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa
Yunani Sema (Nomina) ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’.
Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu
bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran
bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis) dan semantik.
Istilah
semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological
Association ‘organisasi filologi amerika’ dalam sebuah artikel yang berjudul
Reflected Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada
sejak abad ke-17 bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy.
Sejarah semantik dapat dibaca di dalam artikel “An Account of the Word
Semantics (Word, No.4 th 1948: 78-9). Breal melalui artikelnya yang berjudul
“Le Lois Intellectuelles du Language” mengungkapkan istilah semantik sebagai
bidang baru dalm keilmuan, di dalam bahasa Prancis istilah sebagai ilmu murni
historis (historical semantics).
Sejarah semantik ini cenderung mempelajari semantik yang berhubungan dengan
unsur-unsur luar bahasa, misalnya perubahan makna dengan logika, psikologi, Karya Breal ini berjudul Essai de Semanticskue. (akhir abad ke-19).
Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna; sintaksis, tata kalimat dalam semasiologi, ilmu tanda (makna). Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari sebagai semantik.
Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna; sintaksis, tata kalimat dalam semasiologi, ilmu tanda (makna). Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari sebagai semantik.
Istilah
Semasiologi sendiri adalah istilah yang dikemukakan Reisig. Berdasarkan
pemikiran Resigh tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga
masa pertumbuhan, yakni:
1. Masa pertama, meliputi setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan reisig; maka ini disebut Ullman sebagai ‘Undergound’ period.
1. Masa pertama, meliputi setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan reisig; maka ini disebut Ullman sebagai ‘Undergound’ period.
2. Masa
Kedua, yakni semantik sebagai ilmu murni historis, adanya pandangan historical
semantics, dengan munculnya karya klasik Breal(1883)
3. Masa
perkembangan ketiga, studi makna ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia
Gustaf Stern (1931) yang berjudul “Meaning and Change of Meaning With Special
Reference to the English Language Stern melakukan kajian makna secara empiris
Semantik
dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna, baru pada tahun 1990-an dengan
munculnya Essai de semantikue dari Breal, yang kemudian pada periode berikutnya
disusul oleh karya Stern. Tetapi, sebelum kelahiran karya stern, di Jenewa
telah diterbitkan bahan, kumpulan kuliah dari seorang pengajar bahasa yang
sangat menentukan perkembangan linguistik berikutnya, yakni Ferdinand de
Saussure, yang berjudul Cours de Linguistikue General. Pandangan Saussure itu
menjadi pandangan aliran strukturalisme. Menurut pandangan strukturalisme de
Saussure, bahasa merupakan satu sistem yang terdiri atas unsur-unsur yang
saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan (the whole unified). Pandangan
ini kemudian dijadikan titik tolak penelitian, yang sangat kuat mempengaruhi
berbagai bidang penelitian, terutama di Eropa.
Pandangan
semantik kemudian berbeda dengan pandangan sebelumnya, setelah karya de
Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut antara lain:
1. Pandangan
historis mulai ditinggalkan
2. Perhatian
mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kata,
3. Semantik
mulai dipengaruhi stilistika
4. Studi
semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)
5. Hubungan
antara bahasa dan pikira mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan
yang menetukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide ini
terhadap SapirWhorf, 1956-Bahasa cermin bangsa).
6. Semantik
telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak
membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis
yang merupakan cabang logika simbolis.
Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning
karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni
‘thought of reference’ (pikiran) sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu
yang memiliki hubungan signifikan dengan referent(acuan). Pikiran memiliki
hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan
langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan yang
arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa menetukan fakta
bahwa asal kata meaning(nomina) dari to mean (verba), di dalamnya banyak
mengandung ‘meaning’ yang berbeda-beda. Leech (1974) menyatakan bahwa ahli-ahli
semantik sering tidak wajar memikirkan’the meaning of meaning’ yang diperlukan
untuk pengantar studi semantik. Mereka sebenarnya cenderung menerangkan
semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain; para ahli sendiri masih
memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat
dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik.
Mimpi ala ala
Mimpi......
Awal kita melangkah meraih angan
Awal kita melangkah meraih cita
Awal kita melangkah meraih kemenangan
Awal kita melangkah meraih segalanya
Mimpi....
Adalah jembatan meraih angan
Adalah jembatan meraih cita
Adalah jembatan meraih kemenangan
Adalah jembatan meraih segalanya
Mimpi....
Kejarlah mimpimu kawan
Raihlah mimpimu kawan
Gapailah mimpimu kawan
Kuasailah mimpimu kawan
Awal kita melangkah meraih angan
Awal kita melangkah meraih cita
Awal kita melangkah meraih kemenangan
Awal kita melangkah meraih segalanya
Mimpi....
Adalah jembatan meraih angan
Adalah jembatan meraih cita
Adalah jembatan meraih kemenangan
Adalah jembatan meraih segalanya
Mimpi....
Kejarlah mimpimu kawan
Raihlah mimpimu kawan
Gapailah mimpimu kawan
Kuasailah mimpimu kawan
Langganan:
Postingan (Atom)